Kota Sambas, adalah salah satu kota di Kalimantan Barat yang menjadi ibukota dari Kabupaten Sambas yang dahulunya merupakan wilayah sebuah kerajaan yang disebut sebagai Kesultanan Sambas. Kota Sambas memiliki jumlah penduduk yang tidak terlalu besar sehingga suasananya dapat dikatakan kota ini relatif tenang, kecuali di bagian pasarnya.
Ditengah-tengah Kota Sambas, sungai Sambas mengalir dengan tenang. Meskipun pembangunan jalan-jalan darat beraspal sangat masif, sebagian masyarat tetap menggunakan jalur sungai sebagai alternatif transportasi yang relatif efisien dalam jarak dekat (seberang sungai).
Jika anda berkunjung ke Sambas, pastikan anda sempat merasakan jasa "tambang sampan." Bersampan di sungai Sambas pada waktu sore hari akan sangat menarik karena kita bisa melihat beragam aktifitas masyarakat kota Sambas yang masih sangat terikat dengan sungainya. Dari atas sampan kita juga dapat menyaksikan rumah-rumah lanting yang terapung diatas sungai layaknya rumah didarat.
Beberapa bulan yang lalu, dalam salah satu kunjungan saya ke Sambas saya sempat merasakan menggunakan sampan. Saya dan abang saya berangkat dari rumah di Kampung Manggis ke pasar yang jaraknya tidak terlalu jauh jika menggunakan sampan. Kami berjalan melewati "
gerratak" (jembatan memanjang dari kayu) menuju stegher tempat "penambang sampan" (penyedia layanan penyebrangan sungai). Sepanjang
gerratak yang kami lewati, rumah-rumah dengan arsitektur khas melayu berumur puluhan tahun berdiri. Rumah-rumah tersebut masih menggunakan kayu sebagai bahan bangunan utamanya.
 |
Gerratak Kayu di Tepian Sungai Sambas |
 |
Rumah Melayu dengan Arsitektur Lama di Tepian Sungai Sambas |
Saat berjalan meniti jembatan kayu, abang saya mengajak untuk melihat museum negeri sambas yang berada tidak jauh dari tepi sungai Sambas. Bangunan tersebut tampak megah dengan arsitektur khas melayu yang unik, namun bangunan tersebut tampak sangat kurang terawat. Warna cat bangunannya tampak sudah lama sekali tidak di perbaharui. Saya sendiri baru kali itu mengetahui bahwa ada museum negeri Sambas di kota Sambas, sayangnya saat kami sampai disana museumnya sedang tutup.
 |
Museum Negeri Sambas |
Karena museum sedang tutup, perjalanan langsung kami lanjutkan menuju stegher dan langsung naik ke atas sampan menuju ke Pasar Sambas. Rumah-rumah lanting masih banyak berdiri ditepian sungai, berayun mengikuti gelombang saat sebuah perahu besar lewat. Sebuah masjid beratap hijau zamrud berdiri di dekat rumah lanting yang tampak telah miring.
 |
Lanting yang miring dan Masjid Hijau |
 |
Timpang tepian Sungai Sambas |
Sampai di dermaga dekat pasar, tampak tidak terlalu ramai. Diseberang tepi sungai sebuah bangunan yang hanya terdiri dari tiang-tiang, atap dan lantai tampaknya baru didirikan. Sepertinya sebuah acara undangan akan berlangsung diatasnya.
 |
Pemandangan dari dermaga dekat pasar |
 |
Pemandangan Sungai Sambas |
 |
Penambang Sampan Sungai Sambas |
Ada pemandangan yang tidak biasa pada salah satu lanting yang saya lihat di tepian Sungai Sambas yang kami lewati, rumah lanting tersebut memiliki tanaman-tanaman berbunga pada sisi yang menghadap ke sungai. Memang tidak ada batasan bagi orang yang mau kreatif, bahkan diatas sungai bisa dibuat sebuah taman yang hijau dan penuh bunga. Jadilah sebuah rumah yang berhias "Taman Terapung."
 |
Taman Rumah Lanting - Sungai Sambas |
Demikianlah sedikit cerita saya tentang bersampan di Sungai Sambas, semoga bisa bermanfaat dan menghibur para pengunjung sekalian. Mari kita sampaikan pada Indonesia dan dunia tentang Kalimantan Barat yang kaya akan budaya, terutama budaya sungai. Salam :)
Comments
Post a Comment