Badak yang paling terkenal di Indonesia adalah Badak Bercula satu yang mendiami kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Badak yang juga dikenal sebagai Badak Jawa ini, badak ini sangat disorot dan terpublikasi dengan gencar karena status konservasinya yang sangat kritis. Selain badak jawa, di Indonesia juga terdapat Badak Sumatera. Status konservasi Badak Sumatera pada saat ini menurut ICUN adalah Critically Endangered (terancam punah secara kritis). Namun tahukah anda, bahwa ada satu lagi pulau di Indonesia yang dihuni oleh Badak?
Kalimantan, adalah salah satu pulau yang juga dihuni oleh Badak. Mungkin banyak yang sudah tahu bahwa badak juga mendiami Kalimantan. Berita ini tersebar setelah adanya penemuan kembali satwa yang dipercaya sudah punah beberapa dekade silam. Badak Kalimantan termasuk spesies yang sama dengan badak Sumatera, namun berbeda subspesies. Badak Sumatera Kalimantan (Dicerorhinus sumatrensis harrissoni) memiliki ukuran yang sedikit lebih kecil daripada Badak Sumatera Sematera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis).
Badak Sumatera juga dikenal sebagai Badak Asia Bercula Dua, cula depan lebih besar dari cula di belakangnya. Karakter utama yang membedakan Badak Sumatera dari spesies lainnya adalah adanya rambut coklat kemerahan yang menutupi permukaan tubuhnya. Karena itu, badak Sumatera juga dikenal sebagai Badak Berambut.
Badak Sumatera memakan berbagai jenis spesies tanaman tropis. Umurnya dapat mencapai 25 hingga 35 tahun. Seekor betina mencapai usia dewasa pada umur 6 sampai 7 tahun dan melahirkan seekor anak setiap tiga tahun. Jantan mencapai usia pada usia 8 tahun. Pada umumnya Badak Sumatera hidup soliter dan berkelompok secara temporer untuk kawin dan kemudian berpisah lagi.
Sebagian masyarakat Dayak yang mendiami Pulau Kalimantan menyebut Badak sebagai Cemaru. Menurut Nazir Foead (Direktur WWF-Indonesia) (2013), Badak Sumatera Kalimantan atau Cemaru terakhir kali terlihat di Kalimantan pada tahun 1930-an. Nazir menambahkan bahwa masyarakat Dayak di pedalaman Kalimantan mengatakan terakhir kali melihat badak di buru dan diambil culanya oleh pemburu pada tahun 1970-an (merdeka.com).
Pada tahun 2002, masyarakat sekitar pegunungan Muller mengaku melihat ada badak yang tertabrak truk logging. Badak tersebut sempat di dikuburkan, namun kemuadian tubuhnya tidak lagi ditemukan saat digali keesokan harinya. Tahun 2008, pemerintah negara bagian Sabah, Malaysia menangkap seekor badak Sumatera Kalimantan jantan yang kemudian diberi nama Tam.
Pada tahun 2011, seekor badak kembali tertangkap di Sabah, kali ini seekor betina yang diberi nama Puntung. Kaki kiri badak betina ini tidak memiliki tapak, diperkirakan kakinya terjerat jebakan pemburu pada saat dia masih kecil, karena itulah dia diberi nama "Puntung." Berdasarkan pemeriksaan, tulang terminal kaki kiri depan Puntung hilang. Puntung dan Tam dipasangkan dan diharapkan dapat menghasilkan keturunan. Pada tahun 2014, seekor badak betina kembali tertangkap di Sabah. Berdasarkan pemeriksaan diketahui dua badak betina yang tertangkap tersebut memiliki masalah reproduksi. Masalah tersebut muncul karena tidak terjadinya pembuahan pada sel telur sebagai akibat tidak adanya badak jantan subur di alam liar.
Pada tahun 2011, Universitas Mulawarman, BKSDA dan Pemkab Kutai Barat memasang camera trap yang berhasil merekam aktifitas badak Sumatera Kalimantan. Dari beberapa rekaman yang didapatkan, diyakini masing-masing badak tersebut adalah individu-individu yang berbeda. Kabar penemuan ini merupakan berita gembira bagi masyarakat Indonesia yang peduli dengan badak. Penemuan badak ini merupakan harapan bagi dunia konservasi Indonesia. Dengan penemuan ini kita masih dapat berharap untuk melestarikannya.
Akhir kata, semoga kita semua sadar akan pentingnya biodiversitas dan ikut serta dalam upaya pelestariannya. Termasuk pelestarian badak sumatera di kalimantan yang diperkerikan jumlahnya saat ini tidak lebih dari 30 ekor.
![]() |
Badak Sumatera Kalimantan (Foto oleh Abdul Hamid Ahmad/BORA) |
Badak Sumatera (Sumatran Rhino)
Badak Sumatera adalah salah satu dari empat spesies badak yang ada di dunia, dan diperkirakan sebagai spesies badak yang paling terancam kelestariannya. Badak Sumatera memiliki persebaran mulai dari Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya, Thailand, Myanmar, hingga India.Badak Sumatera juga dikenal sebagai Badak Asia Bercula Dua, cula depan lebih besar dari cula di belakangnya. Karakter utama yang membedakan Badak Sumatera dari spesies lainnya adalah adanya rambut coklat kemerahan yang menutupi permukaan tubuhnya. Karena itu, badak Sumatera juga dikenal sebagai Badak Berambut.
Badak Sumatera memakan berbagai jenis spesies tanaman tropis. Umurnya dapat mencapai 25 hingga 35 tahun. Seekor betina mencapai usia dewasa pada umur 6 sampai 7 tahun dan melahirkan seekor anak setiap tiga tahun. Jantan mencapai usia pada usia 8 tahun. Pada umumnya Badak Sumatera hidup soliter dan berkelompok secara temporer untuk kawin dan kemudian berpisah lagi.
Badak Kalimantan (Bornean Rhino)
![]() |
Puntung - Badak Sumatera Borneo (Foto oleh Jeremy Hence/Mongabay) |
Pada tahun 2002, masyarakat sekitar pegunungan Muller mengaku melihat ada badak yang tertabrak truk logging. Badak tersebut sempat di dikuburkan, namun kemuadian tubuhnya tidak lagi ditemukan saat digali keesokan harinya. Tahun 2008, pemerintah negara bagian Sabah, Malaysia menangkap seekor badak Sumatera Kalimantan jantan yang kemudian diberi nama Tam.
Pada tahun 2011, seekor badak kembali tertangkap di Sabah, kali ini seekor betina yang diberi nama Puntung. Kaki kiri badak betina ini tidak memiliki tapak, diperkirakan kakinya terjerat jebakan pemburu pada saat dia masih kecil, karena itulah dia diberi nama "Puntung." Berdasarkan pemeriksaan, tulang terminal kaki kiri depan Puntung hilang. Puntung dan Tam dipasangkan dan diharapkan dapat menghasilkan keturunan. Pada tahun 2014, seekor badak betina kembali tertangkap di Sabah. Berdasarkan pemeriksaan diketahui dua badak betina yang tertangkap tersebut memiliki masalah reproduksi. Masalah tersebut muncul karena tidak terjadinya pembuahan pada sel telur sebagai akibat tidak adanya badak jantan subur di alam liar.
Pada tahun 2011, Universitas Mulawarman, BKSDA dan Pemkab Kutai Barat memasang camera trap yang berhasil merekam aktifitas badak Sumatera Kalimantan. Dari beberapa rekaman yang didapatkan, diyakini masing-masing badak tersebut adalah individu-individu yang berbeda. Kabar penemuan ini merupakan berita gembira bagi masyarakat Indonesia yang peduli dengan badak. Penemuan badak ini merupakan harapan bagi dunia konservasi Indonesia. Dengan penemuan ini kita masih dapat berharap untuk melestarikannya.
Akhir kata, semoga kita semua sadar akan pentingnya biodiversitas dan ikut serta dalam upaya pelestariannya. Termasuk pelestarian badak sumatera di kalimantan yang diperkerikan jumlahnya saat ini tidak lebih dari 30 ekor.
Comments
Post a Comment